Keluarga Besar Bapak Jumaidi Rayakan Upacara Selapanan, Potong Rambut dan Aqiqah Cucu Pertamanya

oleh -368 views

TABANAN BALI, Target Nusa Com –
Masyarakat Jawa memiliki berbagai macam upacara selamatan dalam kehidupan sehari – hari, salah satunya adalah selapanan. Kata “selapanan” berasal dari bahasa Jawa yang artinya 35 hari.

Seperti halnya selapanan, potong rambut dan aqiqah yang di selenggarakan oleh keluarga besar Bapak Jumaidi dan Bapak Ahmad Harim yang tinggal di kompleks perumahan Grahapertiwi Gedong Becik Bongan Kauh Kaja Tabanan Bali.

Acara selapan tampak sangat meriah karena dihibur sholawat dengan suara emasnya para vokalis yang, diiringi hadroh Miftahul Jennah yang dikoordinir oleh sang kakek dari bayi yang sedang diupacarai selapanan, potong rambut dan aqiqah.

Tradisi selapanan mengingatkan bahwa cucu saya yang bernama Muhammad Danish Faeyza bin Abdussyukur Sholeh HR telah bertambah usia, menandakan adanya perubahan baik secara fisik maupun mental.

Demikian dikatakan Jumaidi kepada Media Target Nusa disela – sela acara selapanan, potong rambut dan aqiqoh, pada hari Selasa, (2/07/2024).

“Dengan diadakan upacara ini, diharapkan Si Kecil (Cucu saya) kelak akan menjadi individu yang berguna, bermanfaat, dan membahagiakan masyarakat sekitarnya,” harap Jumaidi.

Dalam upacara tersebut selain di do’akan, juga disiapkan perlengkapan lain seperti kembang setaman, gunting, kemenyan, dan lain-lain untuk melaksanakan prosesi mencukur rambut bayi.

Mencukur rambut bayi adalah inti dari acara selapanan.

Tradisi ini dilakukan dengan membacakan sholawat untuk bayi yang diiringi musik rabanan (Hadrah) Miftahul Jannah, lalu bayi digendong orang tua dan berputar mengelilingi hadirin.

Para tamu memegang kepala bayi dan mendoakan agar bayi selalu dalam perlindungan dan keselamatan.

“Tiap prosesi mencukur rambut bayi dalam selapanan memiliki makna mendalam agar bayi kelak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain dan berbakti kepada orang tua,” lanjut Jumaidi.

Selapanan bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga mencerminkan pentingnya menjalin hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

“Melalui selapanan, kami selaku orang tua memperkenalkan cucu kami kepada tetangga-tetangga, dan tetanggapun diharapkan menerima bayi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat,” pungkas Jumaidi.

Tokoh ulama’ dan tokoh masyarakat juga tampak hadir dalam acara tersebut. (Red/TN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *