TARGETNUSA | GIANYAR BALI – Bila masyarakat Bali mendengar kata cetik tentu sangat menakutkan dan ngeri, karena cetik bagi masyarakat Bali merupakan sebuah benda yang berbahaya, kerap disebut sebagai racun tradisional Bali, keberadaan cetik sudah ada sejak zaman dahulu, dengan adanya lontar yang mengungkap betapa berbahanya cetik.
Penekun Spiritual, Jero Ketut Suriasih yang juga Dewan Pembina dan Penasehat PJID (Perkumpulan Jurnalis Indonesia Demokrasi) Bali ini mengatakan cetik merupakan racun tradisional Bali ini merupakan jenis racun yang dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tentu racun ini dibuat dari bahan – bahan yang ditemukan di alam, dampak dari racun ini sangat berbahaya.
“Cetik produk racun zaman dahulu, tetapi tradisi membuat cetik sampai sekarang masih ada dan fenomena warga yang keracunan cetik masih dijumpai, bahkan masyarakat sangat ketakutan ketika terkena cetik, karena minimnya pengetahuan mengenai cara menyembuhkan orang yang terkena cetik,” urai Jero Ketut Suriasih.
Lebih lanjut Jero Ketut Suriasih menjelaskan masyarakat sangat takut terhadap cetik, karena cetik dianggap sebagai hal mistis berkaitan erat dengan guna – guna serta penyakit niskala. Cetik dibuat dengan memadukan bahan – bahan sekala yang menggunakan cara pengolahan secara niskala dengan proses pembuatan niskala disertai dengan japa mantra.
“Bila kena cetik jangan kebingungan karena masih bisa diobati dengan minyak cukli lungsir sebagai penawar cetik, serta mapinunas kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa pasti bisa disembuhkan yang penting mempunyai keyakinan, yakin dan percaya modal kesembuhan,” jelas Penekun Spiritual asal Desa Petak Kaja Gianyar ini.
Menyembuhkan cetik lanjut Jero Ketut Suriasih terdapat pada lontar usada cetik dengan menggunakan bahan obat yang didapatkan dari tumbuhan ataupun hewan yaitu minyak cukli lungsir sebagai penawar atau obat terkena cetik, karena salah satu lontar menjelaskan cara penanganan serta pengobatan orang kena cetik.
“Cetik akan bekerja sesuai perintah majikan, jika seseorang ingin mengirim cetik kepada target bisa melalui makanan secara gaib menuju makanan target, misalnya dalam wujud lalat yang menghinggapi makanan, dan jenis cetik beragam,” urai Jero Ketut Suriasih.
Jero Ketut Suriasih menyatakan dalam kehidupan di masyarakat sangat dianjurkan selalu berbuat baik agar tidak menyebabkan orang lain tersinggung, marah, merasa dendam, iri hati kepada kita serta hati – hati bergaul jangan sampai kena cetik, ingat selalu mendekatkan diri kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa supaya terhindar dari cetik.
Editor : Ngakan Udiana
Sumber : Wawancara