TARGETNUSA.COM | DENPASAR BALI – ‘WE LOVE BALI’ salah satu program Kemenparekraf untuk menggeliatkan kembali ekonomi dan pariwisata Bali ditengah pandemi Covid-19. Yang di Implementasikan dengan protokol Clean, Health, Safety and Environment (CHSE).
Untuk mengembalikan kepeecayaan para wisatawan terhadap pariwisata Bali di tengah pandemi Covid-19, Pemerintah Provinsi Bali mengimplementasikan Protokol CHSE Melalui Program We Love Bali di setiap destinasi wisata di seluruh Bali.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf Rizki Handayani Mustafa di INNA Hotel Selasa(22/9/2020) saat memberikan sambutan menyampaikan bahwa program tersebut bertujuan untuk mengedukasi Protokol CHSE.
“Pulau Dewata dijadikan proyek percontohan ( pilot project ) untuk membangkitkan sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi COVID-19″, papar Rizki.
Dalam kondisi normal Bali menerima kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 6,3 juta orang pada tahun 2019 atau mencapai sekitar 39,1 persen dari wisatawan secara nasional sebanyak 16,1 juta orang.
Selain itu pariwisata Bali juga memiliki peran yang sangat strategis terhadap perekonomian Bali yang mencapai 53 persen, terutama yang berkaitan dengan sektor jasa, UMKM dan koperasi serta layanan tenaga kerja lebih dari satu juta orang.
Program ini melibatkan 4.000 peserta yang akan diajak keliling Bali selama 3 hari 2 malam dan menginap di kawasan pariwisata.
Peserta juga akan di bagi menjadi beberapa kelompak dan setiap kelompok ada 40 orang dibagi 2 bus.
Ada 10 rute atau trip yang disiapkan, merupakan destinasi wisata yang ada di seluruh Bali.
Dalam program yang disiapkan dengan anggaran sebesar Rp20 miliar itu, pihaknya juga bekerja sama dengan PAWIBA untuk urusan transportasi, HPI, dan PHRI untuk hotel-hotel yang digunakan untuk menginap, yang juga telah memiliki Sertifikat Tatanan Kehidupan Era Baru.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa sangat mengharapkan bantuan media dan juga masyarakat untuk mengevaluasi penerapan protokol CHSE di kalangan industri pariwisata yang sebelumnya telah dilakukan verifikasi.
“Munculnya pandemi Covid-19 yang menimpa 215 negara di dunia termasuk Indonesia dan Bali telah menimbulkan dampak luas dan serius di berbagai bidang kehidupan seperti kesehatan, sosial, ekonomi, termasuk pariwisata,” kata Putu Astawa.
Dampak Pandemi, dikatakan Putu Astawa, dampaknya dirasakan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR) di kabupaten/kota se-Bali. Terutama di Kabupaten Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar, mengakibatkan kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi Bali.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menambahkan, dalam trip keliling Bali itu selain mengedukasi protokol CHSE, juga mengkampanyekan pentingnya penggunaan transaksi nontunai.
Akibat pandemi, pihaknya memprediksi ekonomi Bali masih akan mengalami kontraksi hingga triwulan IV-2020, namun tidak sedalam kondisi triwulan II yang -10,98 persen.
“Kita harus optimistis ekonomi Bali terus membaik”, ucap Trisno.
Reporter : Hanafi
Editor : AS. Hanafi